Kahijinews – Anggota MPR RI sekaligus Anggota Komisi I DPR RI dari Partai NasDem Dapil 1 Jawa Barat (Kota Bandung-Kota Cimahi) Muhammad Farhan menggelar Sosialisasi dan Penguatan 4 Pilar Kebangsaan bertema, “Indonesia Maju dengan Konsensus 4 Pilar Kebangsaan”, Minggu, (25/9/2022), di Cafe Ganesha jalan Brigjen Katamso Bandung.
“Tidak ada ideologi lain di indonesia selain Pancasila,” kata Muhammad Farhan di awal paparannya.
“Seperti kita ketahui, di tahun 1998 terjadi kehancuran massal di Jakarta, mereka bentrok karena satu kelompok merendahkan kelompok lainnya,” ungkap Muhammad Farhan.
“Maka agar tidak terulang kembali maka kita harus saling menghormati agama dan kesukuan satu sama lain,” ujar Muhammad Farhan, “Setiap perbedaan harus kita hormati, karena kemanusiaan harus kita junjung tinggi,” ujarnya, “Keturunan apapun namun apabila dia warga negara Indonesia, maka kita tetap hormati,” tegasnya.
Lebih lanjut Muhammad Farhan mengungkapkan, setelah reformasi kita sepakat melakukan sosialisasi tentang Pancasila namun tidak semasif dulu ketika ada P4, saat ini sosialisasi Pancasila datang dari kesadaran kita sendiri,” ungkapnya.
“Kita butuh 4 Pilar untuk menjadi patokan kita bersama, dahulu apabila kita keluar dari sosialisasi P4 maka kita tidak akan lulus kuliah dan tidak diterima PNS,” ungkap Muhammad Farhan.
Terkait Sosialisasi dan Penguatan 4 Pilar Kebangsaan, Muhammad Farhan mengungkapkan, ini adalah program rutin, “Tetapi karena audience nya berbeda-beda maka kita tidak mau temanya itu-itu saja, pastinya tidak boleh berhenti harus ada keberlanjutan, oleh karena itu kita harus terus membuat program 4 Pilar yang tidak boleh berhenti,” ujarnya.
“Mengapa temanya Indonesia Maju dengan Konsensus 4 Pilar Kebangsaan, karena kegiatan ini masih dengan semangat kemerdekaan yang ke 77 tahun,” kata Muhammad Farhan.
“Jadi kalau kita bercita-cita Indonesia maju, kita harus punya basic yang sangat kuat, dan salah satu basic yang sangat kuat yaitu 4 Pilar Konsesus Kebangsaan,” tegas Muhammad Farhan, “Jadi 4 Pilar Kebangsaan ada Pancasila, Undang-Undang Dasar, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika,” ujarnya.
“Terkait Pluralisme yang sempat ditanyakan oleh peserta, seperti kita ketahui pluralisme sudah kita pilih yang kita terjemahkan ke dalam Bhinneka Tunggal Ika, karena faktanya Pluralitas ada di Indonesia,” kata Muhammad Farhan.
“Salah satu tokoh garis keras di Indonesia pernah berbicara kepada saya, dia mengatakan dirinya menerima pluralitas tapi menolak pluralisme, saya mengerti maksudnya tetapi kita harus bisa menerima pluralisme sebagai cara untuk hidup dalam pluralitas,” ungkap Muhammad Farhan.
“Jadi Pluralitas itu kenyataan dan Pluralisme adalah cara kita menjalankan hidup menerima kenyataan pluralitas,” kata Muhammad Farhan.
“Tadi ada peserta yang bertanya juga tentang bagaimana pendapat saya dengan adanya Jenderal Polisi keturunan Tionghoa, maka saya balik bertanya, bagaimana dengan Gubernur keturunan Arab, maka pertanyaan seperti itu seharusnya tidak boleh ada, karena sepanjang dia warga Indonesia dan punya legalitas di Indonesia, maka pertanyaan itu tidak boleh ada,” tegas Muhammad Farhan.
Terkait kekerasan yang saat ini banyak dilakukan oleh siswa SMP dan SMA bahkan Pesantren, Muhammad Farhan mengatakan, ada satu hal yang kita yakini, bahwa yang sering menjadi kekhawatiran kita adalah, ada dua masalah bertahap yang harus kita perhatikan, yaitu ketika ada murid nakal maka siapakah yang harus mendidik.
“Pastinya orang tua dan guru, karena orang tua dan guru satu sistem dalam pendidikan, tetapi ketika orang tua tidak sejahtera dan guru tidak sejahtera, maka pendidikan anak tidak akan optimal,” ungkap Muhammad Farhan.
“Maka apabila tidak sejahtera secara materi maka sejahtera batin dan mentalnya akan kurang, maka yang terjadi ketika ada anak nakal maka mereka dikeluarkan oleh sekolah bukannya dibina, dan biasanya guru dan orang tua saling lempar tanggung jawab,” ujar Muhammad Farhan.
“Maka solusinya adalah, harus ada sebuah sistem, bukan hanya sistem pendidikan saja tetapi sistem dalam masyarakat yang tidak memungkinkan terjadi tawuran,” kata Muhammad Farhan.
“Maka kita harus mengenali faktor-faktor apa yang mengakibatkan tawuran, biasanya terjadi sentimen, dan yang tejadi di lingkungan masyarakat yaitu sentimen suku, agama, ras, dan yang tidak masuk akal adalah sentimen antar golongan,” ungkapnya, ” Maka hilangkanlah sentimen yang berbau SARA,” pungkas Muhammad Farhan.**